The Movies - Popular Culture for Mass Consumption

The Movies
Popular Culture for Mass Consumption

Selama Perang Dunia I berlangsung, film adalah bentuk hiburan terkenal yang telah mengalami perkembangan. Meskipun industry film ingin berubah dengan berbagai cara untuk mengubah efek dari televisi, itu merupakan industry yang menguntungkan dan vital pada masa itu. Sejarah dari film itu sendiri sebenarnya singkat, yaitu diawali dengan pemecahan beberapa masalah teknis yang rumit. Pada intinya, film itu adalah gambar – gambar yang diproyeksikan ke layar dan dapat dinikmati oleh penonton. Setelah ditemukannya film, dengan otomatis bermunculanlah penemuan – penemuan lain seperti lensa, proyektor, kamera dan rol film.
Pada sekitar abad 15, Archimedes dapat memfokuskan sinar matahari pada lensa dan mengarahkannya kepada perahu orang – orang Roma hingga perahu tersebut terbakar. Akan tetapi cerita ini tidak dapat dibuktikan kebenarannya, teori ini memegang peranan penting dari perkembangan fotografi.
Developing The Technology in movies:
1.Photography
Sampai abad ke 19, orang dapat memproyeksikan gambar, tapi tak seorang pun dapat mengambil foto dalam bentuk gambar diam. Pada akhir 1700-an dan awal 1800-an, beberapa peneliti bekerja untuk menyempurnakan proses memotret. Pada tahun 1839, Daguerre, seorang peneliti yang melajutkan penelitian rekan kerjanya yaitu Joseph Niepce menemukan proses yang disebut daguerreotype. Setiap gambar itu dibuat pada pelat tembaga yang dipoles dan dilapisi dengan perak berkilauan. Dalam gelap, pelat tersebut terkena uap yodium membuat lapisan tipis yang sensitive terhadap cahaya perak iodida. Kemudian pelat tersebut menampilkan sebuah adegan, gambar terdaftar di iodide perak. Gambar yang dihasilkan lebih jelas dan tajam daripada peneliti lain yang mencoba menggunakan kertas dan teorinya ini banyak diadopsi oleh orang di seluruh dunia. Pada 1880-an, seorang pelopor George Eastman mengubah fotrografi dari seni foto yang hanya bisa dilakukan oleh teknisian terlatih menjadi hobi yang populer.

2.The illution of motion
Gambar gerak adalah serangkaian gambar yang ditangkap dari objek yang bergerak maju dengan berbagai posisi yang berbeda. Ketika gambar tersebut dijalankan dengan proyektor dengan kecepatan yang tepat, penonton menerima ilusi dari gerakan gambar tersebut. Proses ini disebut juga visual lag. Setelah proses tersebut ditemukan oleh Dr. Peter Mark Roget pada tahun 1824, dipelajari lagi oleh ilmuwan – ilmuwan lain pada masa itu. Mainan dan gadget dibuat dengan berdasar pada proses visul lag tersebut. Pada pertengahan 1800-an, wheel of live atau disebut jg phenakistoscope berkembang dengan pesat. Itu terdiri dari cakram yang besar berdiameter sekitar tiga kaki. Serangkaian gambar menampilkan objek dengan berbagai posisi berbeda selama cakram tersebut berputar pada bingkainya. Ketika dasar atau prinsip ini digabungkan dengan fotografi pada benda yang bergerak, menghasilkan basis atau dasar untuk film.

3.Capturing and projecting motion with film
Selama penutupan abad ke-19, beberapa orang mencoba memotret gerakan. Ketertarikan di bidang fotografi menjadi kuat, tapi pada 1890 tidak satu pun yang menghasilkan gambar yang aktual. Selanjutnya, kemajuan dari kamera dan proyektor dibutuhkan. Pada 1895, orang – orang Perancis terkesan dengan film yang diproyeksikan pada layar oleh August dan Luis Lumière. Aplikasi lain dari teknologi baru segera bermunculan, dan beberapa individu mengaku sebagai penemu dari film. Tapi William Dickson lah, asisten Thomas Alva Edison yang menyempurnakan kamera.
Selanjutnya, Edison dan Thomas Arvat mengembangkan sistem proyeksi yang praktis dan dapat dipercaya. Edison dan rekan kerjanya mulai memproduksi proyektor dengan mesin. Proyektor tersebut diberi nama vitascope. Edison juga merancang studio untuk memproduksi film pendek. Meskipun memiliki banyak kekurangan, kerja vitascope lumayan baik. Kekurangannya yang utama adalah memproyeksikan 48 frame yang sia – sia tiap detiknya, dimana enam belas frame saja cukup untuk menciptakan ilusi dari gerak halus. Secara umum, pada tahun 1900, media dan teknologi baru siap untuk dikonsumsi oleh massa. Jutaan orang dengan senang hati membayar untuk dihibur.

The Movies Become a Mass Medium
Tahun – tahun pertama pada abad yang baru, banyak film yang pada awalnya hanya berdurasi satu atau dua menit saja. Lalu pembuat film mulai mencoba membuat film yang lebih lama dan menawarkan isi yang lebih menarik. Film – film itu biasa ditampilkan di salon, taman hiburan dan bahkan opera house. Film klasik yang ada pada saat itu adalah Life of an American Fireman (1903) dan The Great Train Robbery (1903). Beberapa tahun berikutnya, digunakan dua roll film yang berdurasi 25 menit. Hal ini lebih menarik bagi penonton dan seiring dengan popularitas film baru yang meningkat, produksi dan distribusi mereka semakin luas pada lngkah yang luar biasa.
1.The Nickelodeons
Nickelodeons adalah teater lokal yang didirikan oleh pengusaha dari Pittsburgh, Harry P.Davis dan John P.Harris. Pada tahun 1910, ada sekitar sepuluh ribu rumah film yang mempertunjukkan film tanpa suara di Amerika Serikat. Sebagian besar didirikan dengan sederhana dimana penontonnya adalah orang – orang miskin di tengah kota. Para pekerja dari nickelodeons (teater lokal) ini menyewakan aula, film dan bahkan kursi dan piano. Pendirian usaha ini secara umum sangat menguntungkan dan film secara cepat berkembang sebagai media hiburan.
2.Movies For The Middle Class
Nickelodeons membawa film ke pusat kota, tapi industri tersebut mengkhawatirkan untuk memancing langganan, terutama dari kalangan kelas menengah. Pada awalnya penonton disuguhkan tayangan yang vulgar dan biasa saja. Usaha untuk menggeser image ini dan menarik perhatian orang – orang kelas menengah adalah dengan membangun teater yang menarik dan berada di tempat dengan lingkungan yang baik. Pada tahun 1914, film dapat diterima oleh kelas menengah, teater film menjadi pantas dihormati dan era dari nickelodeon telah berakhir. Selanjutnya, sewaktu Eropa memasuki Perang Dunia I, Hollywood menjadi pusat pembuatan film orang – orang Amerika. Sejak saat itu, Film – film Amerika menjadi populer di pasar dunia.
3.The Talkies ( film yang berbicara )
Sejak tahun 1890-an, penemu mencoba menggabungkan gambar foto dan gambar gerak untuk menghasilkan film dengan suara yang bersamaan. Beberapa dari mereka berhasil walaupun suara yang dihasilkan masih lemah dan tidak sesuai dengan adegan di film. Tetapi kesulitan ini telah ditangani pada pertengahan 1920-an. American Telephon & Telegraph (AT & T) menggunakan sumber daya mereka sebagai modal yang besar untuk membuat sound system. Pada tahun 1926, Warner bersaudara menandatangani perjanjian dengan AT & T dan membuat film roman yang terdiri dari dialog dan hanya beberapa lagu. Itu adalah kesuksesan yang luar biasa, dan talkies lain mulai bermunculan dengan pesat.
4.Portrayals of The Fast Life
Pada tahun 1920-an adadalah masa transisi yang besar – basaran. Pada tahun ini adalah masa dimana aturan – aturan tua mengalami kemunduran dan terjadi emansipasi wanita. Wanita sekarang merokok, memakai baju minim dan kosmetik bahkan minum alkhohol. Industri film menayangkan fenomena tersebut yang dianggap tabu dan tidak bisa diterima oleh generasi yang lebih tua. Film menampilkan kekerasan, penggunaan alkhohol dan tema seks. Ini mendapatkan kritik yang keras dan pada tahun 1930 industri film menyensor filmnya sebelum dipertunjukkan.

5.The golden Age
Selama tahun 1930-an, industri film berusaha untuk menarik perhatian seluruh keluarga dan menjadi bentuk hiburan utama bagi mereka. Pada periode 1930 – 1940, film dan bioskop adalah bentuk hiburan massa yang paling populer di Amerika Serikat. Seluruh anggota keluarga dapat pergi ke bioskop bersama – sama dan membeli snack. Masa keemasan bagi film telah tiba dan orang – orang menyukainya.
6.The Decline
Box Office mulai dikenal hingga akhir tahun 1940. Dengan menigkatnya penggunaan televisi, bisokop mengalami penurunan jumlah pengunjung. Untuk mengatasi hal ini, pembuat film meningkatkan penggunaan warna, tema sex yang semakin berani ditampakkan, tema horor, dunia fantasi, dan bahkan bentuk sederhana dari film 3D (3 dimensi).
Walaupun begitu, pengunjung bioskop tetaplah berkurang. Penonton yang hadir tidak lagi seluruh anggota keluarga, melainkan hanya pemuda/remaja. Peningkatan persewaan film untuk dirumah yang pada saat itu dikenal dengan VCR juga ikut menunjang pengurangan penonton bioskop.

Film as a contemporary medium ( Film adalah media masa kini)
Gambar hidup telah menarik imajinasi yang popular. Melejitnya tabloid, majalah film, komentator televisi gossip Hollywood tajam yang terakhir dan spekulasi yang mempesona public. Gambaran diri mereka dari “The birth of a nation to Jurassic Park” yang telah dilihat jutaan orang selama puncak tahun. Artisnya selalu ada di mata masyarakat. Standar bangsa ini untuk wanita cantik dan seksi memikat yang diperoleh dari beberapa bagian film. Standar ini mempengaruhi jutaan orang, mulai dari menggunakan kosmetik hingga memilih pasangan.
Sebagai seni, film memiliki peluang : menampilkan seni, seperti teater dan tari; itu mewakili gambaran seperti lukisan; dan itu juga rekaman seni seperti musik. Sebagai kekuatan sosial, gambar hidup memberi kenaikan isu mengenai pengaruh industri. Film sebagai media masa kini komunikasi massa dengan jenis berbeda oleh konten isi yang khusus.

The Functions of films ( Fungsi film)
Untuk pembuat film, media yang menyediakan jalan untuk mengungkapkan dan peluang untuk berlatih seni yang kompleks. Itu juga berarti kekayaan untuk beberapa dan hanya suatu mata pencarian untuk yang lain. Produk akhirnya mungkin jadi asik dan sembrono, itu mungkin menyediakan informasi dan pelatihan, itu mungkin membuat pernyataan sosial atau politik, itu mungkin memiliki kulitas yang indah.
Ini dia, film mungkin meghibur dengan menyediakan kenikmatan, untuk pengetahuan dalam bentuk dokumen, untuk mengajak atau mempengaruhi, atau untuk meperkaya pengalaman budaya. Untuk penonton, film mungkin jadi suatu jalan keluar dan melibatkan pelajaran disejarah, kesusilaan, atau hubungan manusia. Untuk produser film, film adalah sumber penghasilan keuntungan. Untuk sutradara dan arti, film bisa mendukung nilai artistik. Sedangkan untuk penulis, film adalah jalan untuk meningkat kesadaran tentang penyebab sosial.
Fungsi film tentu bagian dari dari pemirsa. Banyak orang mempertimbangkan Walt Disney akan menjadi fil sehat yang menghibur keluarga; tetapi yang lainnya menginterpretasikan mereka sebagai statemen ideologis kaku yang memuji suatu gambaran AS tak realistis, mempertunjukkan masyarakat penyengat pencegah infeksi tiruan tanpa masalah sosial. It safe to say, bagaimanapun, fungsi yang utama film Amerika telah menjadi sejarah mereka sampai untuk menghibur.
film berbeda dengan cetakan dan media siaran. Kita tidak menunjuk kepada aspek mekanik jelas nyata mereka, tetapi kepada fungsi yang tradisional yang tidak bisa dipisahkan pada asal mereka. Asal majalah dan surat kabar telah dihubungkan dengan fungsi menyediakan informasi dan mempengaruhi pendapat.

The development of themes and style ( Perkembangan tema dan model)
Pada akhirnya, isi dan model film kurang dipengaruhi materi dari sandiwara atau buku dan media yang muncul sendiri dari tradisi. Analisis Adgar Dale tahun 1930 yaitu 500 fil dirilis tahun 1920, 500 film lainnya dirilis antara tahun 1921 dan 1925, dan 500 film lainnya lagi dirilis antara tahun 1926 dan 1330. dia menemukan 3 tema utama dalam film saat itu yaitu kriminalitas, seks, dan cinta.

The content of American Films ( Konten/ isi dari film Amerika)
Isi film hampir selalu terbentuk dari kekuatan konflik. Penonton, tehnologi, ekonomi, dan pembuat film itu sendiri. Produser melihat anggaran dana dan secara terus menerus memikirkan tentang ketertarikan penonton. Apa tehnikal dan ekonomi yang memungkinkan dan yang penonton inginkan. Satu sejarawan film mengusulkan prase “ efficient dream- building” untuk menjelaskan proses :
Efficient berarti bertemunya tuntutan permintaan produksi dari anggaran dan waktu saat mengembangkan kedapat mengertian narasi visual tanpa menentukan tunggal atau menggandakan atau multi panjangnya rol. Dream building berarti memuaskan selera penonton dari rumusan struktur di komedia dan melodrama dengan menerima standar moral dan pemikiran filosofi.
Film yang mana didasari “efficient dream- building” beragam sesuai waktu. Juga mengadakan stuktur yang masuk akal, misalnya film koboi tua biasanya melodrama dengan pahlawan, penjahat, wanita cantik, kuda yang gagah, dan mungkin dengan sembrono melukiskan Indian. Penonton mempunyai harapan tertentu dari apa yang mereka akan lihat, dan pada umumnya merencanakan menyesuaikan diri ke harapan itu. Namun lama kelamaan, penonton berubah untuk menenytukan karateristik dan apa yang mereka ingin tonton.
Tema film terbuat dari beberapa factor yang menentukan, misalnya produser sering berasumsi bahwa jika pokok fakta tertentu telah populer pada buku atau di atas panggung, kemudian suatu topik bioskop akan merupakan suatu pemenang. Atau contoh yang lain, Hollywood berfikir dengan suksesnya suatu rumusan, maka baiknya di ulang kembali ( filmnya). Jika tidak ad aide baru, maka dibuat sequel, atau lebih baik lagi dibuat seri- seri nya. Contohnya Godfather I, II, II, Jaws, Batman, dan lainnya.
Anggaran dana bukan satu- satunya factor yang menentukan bentuk film. Sutradara, aktor, dan bahkan produser juga ingin partisipasi dengan imaginasinya sendiri pada film.

Genres ( Aliran)
Melawan kesimbangan hasrat pembuat fim untuk dirinya sendiri, waktu iti dibutuhkan pemberian pesan kepada penonton untuk diterima dan dimengerti. Tipe cerita, genre, mengembangkan. Aliran adalah kategori dari film dengan jenis karakter dasar yang sama, setting, dan plot( alur). Mungkin dengan khayalan temuan Amerika yang ‘western’ dengan lelaki yang berani dan wanita yang hidupnya tidak datar atau pindah ke seberang perbatasan, dimana hidup di kapal, pertempuran dengan unsure orang Indian dan penjahat. Adakalnya, publik merasakan didikte oleh perkembangan genre baru seperti pengetahuan thriller fiksi tahun 1950an dan film horror remaja tahun 1980an.
Untuk beberapa tahun, sangat sulit untuk aktor African mendapatkan peran yang bagus. Mereka sering digambarkan pada posisi yang patuh yang menguatkan stereotype ras. Awal 1970, beberapa studio mendistribusikan film yang menggambarkan pahlawan African- American. Misalnya film Sounder ( 1972)
Wanita yang sebelumnya digambarkan lemah, tahun 1930an dan 1940an beberapa aktris digambarkan sebagai wonder women.

Documentaries (dokumenter)
Kategori film non fiksi juga disebut film dokumenter yang penting untuk memenuhi fungsi pengetahuan. Dari perspektif intelektual, film dokumenter memiliki kepentingan yang tak habis yang jauh melebihi film entertaiment lain. Merekam kehidupan budaya manusia dalam jangka waktu tertentu. Membayangkan apa yang kamu lihat jika seseorang disaat membuat film dokumenter tentang bangunan Egyp kuno, perkembangan percetakan di Gutenberg, dan lainnya. Meskipun tipe ini diproduksi lebih cepat, istilah “documentary (dokumenter)” diperkenalkan oleh pembuat film The Drifter ( 1929), John Grierson. Yang melukiskan kehidupan pencari ikan di North sea.
Dalam keaslian film dokumenter, pembuat film sedikit memaksakan kemungkinan. Contohnya sutradara, tidak secara langsung aktor atau setting scene’nya.
Public Preferences
Tidak ada jenis film yang mampu menyaingi kepopuleran film fiksi yang bertujuan sebagai hiburan sejauh ini. Banyak genre entertainment yang popular seperti adventure-thriller, gangster, supernatural, musical, pertempuran bersejarah, western, dan film dengan efek spektakuler seperti Jurassic Park menduduki peringkat yang sangat tinggi.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesukaan masyarakat terhadap jenis film, diantaranya adalah moral, mode yang berkembang pada saat itu, dan kejadian/peritiwa baru.
Akhir 1960 hingga 1990, banyak film yang mulai mengangkat tema rasis, penggunaan obat-obat terlarang/narkoba, peperangan, dan homoseksual.


The Movie Industry
Industri film terdiri dari teknologi dan lembaga-lembaga komersial pembuatan film: yaitu perusahaan produksi film, studio film, sinematografi, produksi film, screenwriting, pra-produksi, pasca produksi, film festival, distribusi, dan aktor, sutradara film dan lain personil film.
Meskipun biaya yang terlibat dalam pembuatan film yang dipimpin langsung produksi film untuk berkonsentrasi di bawah pengawasan perusahaan produksi berdiri, kemajuan dalam peralatan pembuatan film terjangkau, dan perluasan kesempatan untuk memperoleh modal investasi dari luar industri film itu sendiri, telah memungkinkan film independen produksi untuk berevolusi.


The Film Makers
Pada pengujung tahun 1920an, Bioskop adalah suatu industri miliyaran dollar per-tahun dan pemasok uang terbesar di pertunjukan Amerika. studio film pertama terletak di kawasan Hollywood, Nestor Studios, didirikan pada tahun 1911 oleh Al Christie untuk David Horsley di sebuah bangunan tua di sudut barat laut Sunset Boulevard dan Gower Street. Pada tahun yang sama, lima belas Independen menetap di Hollywood. Hollywood datang begitu kuat terkait dengan industri film bahwa kata "Hollywood" datang untuk bahasa sehari-hari digunakan untuk merujuk kepada seluruh industri. Hollywood mempunyai sinonim bahwa sebagian industry film amerika di buat di Hollywood.
Owners and Studios
Keglamoran Hollywood menjadi suatu daya tarik dalam geografi industi perfilman. Meskipun demikian, pengendalian kosentrasi dan kepemilikan adalah bagian dari persamaan pembuatan film Amerika. Studio utama , yang termasuk dalam lima besar , telah menjadi kekuatan yang dominan di hollywood sejak masa awalnya. studio yang terorganisir sejak awal dan memperoleh kendali yang ketat atas keseluruhan proses produksi, seperti halnya saat pameran dan distribusi.
orang penting dalam dunia perfilman ( seperti Louis B. dan Samuel GoldywynB.), studio menjalankan produksi yang sangat besar. Jika anda ingin memasukkan film di masa jaya dari 1930s dan 1940s, anda bekerja untuk suatu studio, penulis skrip, para direktur, para aktor, dan para aktris di bawah kontrak, seperti halnya teknisi yang sendiri, peralatan, dan penafsiran dan penggangguan adalah diperlukan untuk memberi suatu ide dalam bentuk dokumen.
Public preferences
Di dalam industri film banyak yang di dominasi oleh film fiksi. Ini dikarenakan dunia hiburan membuat film sesuai dengan yang diinginkan publik. Menurut respon publik acara komedi dan film dengan spesial efek yang bagus ( exp: Jurassic Park) sangat disukai oleh khalayak umum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan publik : trend,mode serta peristiwa yang sedang populer.


Making a movie
Di dalam industri film terdapat proses pembuatan film yang membutuhkan banyak orang yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dalam produksinya yang membentuk tim dalam proses pembuatanya.
7 langkah dalam proses pembuatan film :
1.Conceptualization, yaitu konsep/idea untuk membuat film yang bisa datang dari bermacam orang.
2.Production, untuk memproduksi film perlu mendapatkan uang secara bersama, mengkoordinasi semua orang dalam skedule, melanjutkan pembuatan film sampai tersebut di distribusikan.
3.Direction, kemampuan untuk membacking keamanan dan memperoleh skrip. Itu dipilih oleh direktur.
4.Performance, aktor yang dipilih harus dapat memerankan karakter yang di skrip secara baik.
5.Visualization, perencanaan dan sesuatu yang mendukung aktual perfilman, seperti sinematographi, teknik pencahayaan, dsb.
6.Special effects, semua trik kamera, seperti munculnya monster dan menghilangnya monster tersebut.
7.Editing, proses mengedit semua bagian atau proses pembuatan film sampai finishing film.
Employees
Para pekerja spesialis di studio film yaitu : elektrikan, make-up artists, pekerja propherti,proyeksionis, team studio, costumers. Pekerja kreatif, ornamental plasterers, pembuat skrip, aktor, extras, editor film, penulis, komposer,musican, operator kamera, sound technicians, direktor, art direktor, dan set direktor serta bintang aktor.
Showing the Product to its audience
Setelah film selesai dibuat , langkah selanjutnya mendistribusikan atau menanyangkan film dan orang-orang akan membayar untuk menontonya. Untuk mengetahui tentang proses distribusi kita perlu melihat beberapa film yang akan di rilis dan beberapa bioskop yang menayangkan ke publik serta berapa harga karcis masuknya.

Number of film released.
Beberapa film yang dirilis pertahun akan memberikan dampak secara dratis pada proses distribusi suatu film. Contoh dalam tahun 1993, total film yang dirilis 450 film baru sehingga banyak saingan dalam pendisrtribusian film

Theaters and the cost of admission
Pada akhir tahun 1940an, ada 20.000 bioskop di amerika serikat. Tahun 1993, ada 25.737 bioskop ( indoor dan outdoor ). Jumlah tersebut terlihat meningkat dalam beberapa tahun di amerika serikat.
Harga tiket masuk bioskop berkisar 23 cents untuk karcis dewasa di era 1993 lalu $5.o5 di tahun 1994. Harga untuk film cepat sangat mahal. Indutri perfilman mulai terpecahkan.tradisi pergi melhat film telah teradaptasi sehingga indutri punya cara baru memanajemen perfilman dengan melihat film melalui network, televise kabel dan toko yang menjual kaset serta cd. Dan untuk kedepanya industry film akan lebih maju.

The Movie Audience
Seperti media massa, film mempunyai audience yang banyak dari berbagai usia, golongan serta social ekonomi audience. Berbagai macam orang pergi ke bioskop dan membayar untuk melihat film dan di lain pihak orang juga melihat film di rumah melalui televisi dan VCD.
Who pays at the box office ?
Banyak audience remaja yang melihat bioskop. Ini dikarenakan vitalitas remaja untuk melihat bioskop sangat besar dan relative setabil dari zaman ke zaman. Industi komunikasi massa melihat audience remaja sangat aktif untuk melihat film di bioskop dan membayarnya. Setiap orang tidak sering melihat bioskop, dan banyak orang pergi ke bioskop dan selalu membayar untuk melihat film.
The audience at home
Banyak pendapat melihat film di bioskop dan melihat film di televisi tidaklah sama. Hal itu benar, miliaran orang melihat film di rumah melalui televisi. Tv network dan kabel banyak menampilkan film. Serta rental film juga menyewakan film dan banyak di tonton di rumah melalui vcd. Di mall banyak yang menjual film dan menyewakanya. Indutri film mulai mengalihkan ke pertelivisian dengan banyak program di televisi membuat audience setia kepada televisi.
The Financial Picture
Indutri film mendapatkan pendapatan dari box office yang merupakan financial picture. Secara umum, studio film mendapatkan keuntungan dari kompetisi televisi . walaupun biaya sangat besar dalam membuat film dan pendistribusianya.beberapa film akan mendapatkan keuntungan dengan suksesnya film di box office dan dari penjualan film di rental serta dari perilisan film, home video, pay television, network television dsb.
Cleaning Up the Movies
Seiring dengan Industry perfilm an yang tumbuh dengan pesat pada awal abad ini, muncul kekhawatiran bahwa film- film tersebut membawa dampak yang kuat dan berbahaya, terutama bagi tumbuh kembang anak- anak dan memberikan contoh perilaku buruk terhadapnya secara fisik maupun psikis. Dimana banyak dari masyarakat maupun pemuka agama beranggapan bahwa perfilman akan memicu kerusakan norma moral dan perubahan politik yang berbahaya (di amerika kala itu). Kemudian muncul dorongan bagi industi perfilm an untuk “membersihkan-/ sensoring” film produksinya, berusaha menekankan hal ini dalam jangka waktu yang koherensive/ berkelanjutan. Dimana pada umumnya film yang dianggap buruk ialah film- film yang bertema dewasa “matang” dalam artian mengandung unsure sexualitas.
Sex and the Movies
Selama tahun 1920- an, saat dimana penekanan terhadap sensor film pertama kalinya dan dirasa kuat, industry perfilim an yang ada menanggapi nya dengan jalan menutup rumah produksi mereka. Kemudian seiring dengan waktu muncul lah gagasan untuk mengubah dan memperbaiki image perfilm an di mata masyarakat dengan membentuk sebuah badan organisasi yang di pimpin oleh, Will H. Hays. Dan dalam berapa jangka waktu mereka dapat membangun sebuah patokan “rules” dalam pembuatan film sensorical, dimana apabila sebuah rumah produksi tidak mengimplementasikan rules yang telah disepakati badan sensor film ini, maka konsekuensi nya adalah produk film tersebut tidak dapat diputar di bioskop- bioskop Amerika.
Pada tahun 1934 ketentuan- ketentuan sensor film didasarkan pada perundangan dan kesopanan dari perspective dari “catholic legion” dan kesepakatan masyarakat pada umumnya. Seperti hal nya berikut ini:
A-1: secara moral disetujui bagi lingkungan umum
A-2: secara moral disetujui bagi golongan dewasa dan remaja
A-3: secara moral disetujui bagi golongan dewasa
A-4: bagi golongan dewasa dengan reservasi
A-5: secara moral tidak disetujui dari semua bagian
C : dipersalahkan
Namun hal ini pun masih dirasa kurang memiliki kekuatan atau power untuk men “strict” kan perfilm an Amerika. Hingga pada masa penghabisan tahun 1960 an, code etik produksi dirubah secara besar- besar an. Dan hasil nya menjadi:
G : semua kalangan, penonton umum.
PG : Parental Guidance Suggested, untuk kalangan penonton dewasa
PG-13 : Parental Guidance, dimana orangtua harus memberikan pengarahan terhadap anak
dibawah 13 tahun
R : Restricted, anak dibawah 17 tahun harus ditemani oleh orangtua atau orang dewasa lainnya
NC-17 : tidak ada anak dibawah 17 tahun.
Dan sudah menjadi sebuah keharusan bagi produksi perfilm an, majalah, pertelevisian, dan media massa lain untuk juga mengikuti perkembangan hal ini. Dimana apabila sebuah rumah produksi tidak mengikuti hal ini maka akan dipastikan produksi perfilm an nya akan ditutup.
Cencorship and Politics
Selama tahun 1930 an, muncul berbagai critic dalam perfilm an bukan lagi dari segi sexuality, namun lebih kepada critic atas film yang mengandung unsure propaganda politic dan komunis, hingga masa sebelum PD II. Dimana perekruit an pemain dan kru perfilman juga digunakan sebagai wadah untuk meng-hire pendukung bagi kaum komunis masa itu. Kemudian renspon yang muncul ialah dengan cara mem-blac list dan beberapa pembatasan penggunaan kalimat di dalam perfilm an, broadcast, dan industry media cetak.
Blacklist ini bukan lah project dari pemerintahan, namun lebih cenderung pada private group, namun hal ini bukan menjadi pencerminan dari bentuk demokrasi. Justru hal ini menimbulkan ada nya ketidak adilan “lobbying” dan semakin memberikan jalan bagi kaum komunis untuk menjejalkan aksi nya melauli media ini untuk mendapatka pendukung serta men doktrin pemikiran sipil. Media massa dijadikan alat untuk mencapai tujuan para komunis serta menjadikan media massa sebagai kedok/ topeng bagi image mereka di depan masyarakat sipil.
Evaluating Films: Critism and Award
Rating film seolah- olah menjadi satu satu nya tujuan dan kepuasan tersendiri bagi para pembuat/ crew nya. Kemudian memunculkan gerakan dan gagasn untuk memberikan rewards ataupun award bagi fil- fil tersebut kemudian, dan juga memberikan kritik yang membangun bagi produksi yang di nilai kurang untuk menjadi motivasi dan di pandang sebagai saran yang membangun kedepannya.
The Critism
Beberapa orang mengidentifikasi kan critical mereka berdasarkan beberapa criteria tertentu, baik dari segi artistic nya yang kemudian diperbandingkan dengan film- film yang lain. Karakteristik dari criticall tersebut pada umumnya dilihat dari tekhnik produksi-- seperti misalnya photography, efek pencahayaan, make up, warna, dll-, kualitas text cerita, performance pemain, kesatuan dan kontinualitas produksi, bahkan orisinalitas cerita. Dan pada umumnya kritik tersebut disampaikan melalui berbagai media massa, seperti tv-news, majalah, radio, internet, dll.

The Award

Penghargaan diperuntukkan bagi produksi film yang dirasa memuaskan dari berbagai criteria tertentu. Dan penghargaan ini juga memberikan prestise tersendiri bagi yang mendapatkan, serta membuat pengakuan status juga sebagai wadah kompetisi bagi para rumah produksi.
Tidak ada pengecualian dalam dunia perfilm an. Dimana ia dapat survive dan membuktikan bahwa film yang di produksi nya memenuhi berbagai criteria award’ing tersebut, maka dia berhak mendapatkannya. Seperti misalnya actor terbaik, aktris terbaik, editing music terbaik, dll (ebutin dewe doy!! Ahahha). Dan selain itu honor bagi aktris ataupun actor yang mendapatkan nya pada umumnya akan mengalami kenaikan dalam jumlah yang telah disepakati dengan pihak manajemen artis tersebut.
Bagaimanapun juga industry perfilm an yang di produksi kemudian di rilis memang sangat lah tidak mudah bagi masyarakat sipil untuk membayangkan bagaimana rumit nya proses ini berjalan untuk memproduksi nya.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "The Movies - Popular Culture for Mass Consumption"

Posting Komentar