Review Opini Publik

OPINI PUBLIK: UNGKAPAN MASSA, PUBLIK, DAN RAKYAT

Sifat opini publik adalah dinamis, selalu berubah dan berkembang. Faktor-faktor yang berpegaruh dalam pembentukan opini publik:
1.Komunikator
2.Bahasa yang digunakan
3.Alat persuasi
4.Media yang digunakan
5.Tahapan kegiatan yang dilakukan
Pertanyaan yang perlu ditelaah lebih cermat adalah bagaimana orang giat menyusun persepsi yang bermakna tentang gejala politik (citra politik mereka) dan mengungkapkan makna itu melalui kepercayaan, nilai dan pengharapan yang saling melingkupi.

Kecenderungan kegiatan opini
Pokok dasar pikiran tentang komuniksi politik adalah bahwa orang bertindak terhadap objek berdasarkan makna objek itu bagi dirinya. Orang berperilaku terhadap objek dengan memberikan makna kepadanya, makna yang pada gilirannya diturunkan dari perilakunya sebagai individu. Melalui tindakan komunikasi memberi dan menerima makna orang memperoleh kecenderungan tertentu yang diperhitungkan terhadap perilakunya jika ia memasuki situasi baru.
Kecenderungan ini adalah kecenderungan menunjukkan garis tindakan (tetapi bukan satu-satunya garis) kepada seseorang. Kecenderungan ini mengalami perubahan ketika orang menyusun makna dalam dunia subyektif dan berperilaku sesuai dengan makna itu.
Miller, Balanter dan Priban menguraikan hubungan antara pengaruh kecenderungan dengan kegiatan mengungkapkan kepercayaan, nilai dan pengharapan personal.
Kegiatan terdiri dari matriks tahapan yaitu :
1.Citra adalah segala sesuatu yang telah telah dipelajari seseorang, yang relevan dengan situasi dan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya atau kecenderungan yang tersusun dari pikiran, perasaan dan kesudian. Dalam citra mencakup pengetahuan (kognisi) baik benar maupun salah, preferensi (afektif) yang melekat pada tahap tertentu peristiwa yang menarik atau menolak orang tersebut dalam situasi itu dan pengharapan (konasi) yang dimiliki orang tentang kemungkinan apa yang akan terjadi jika ia berperilaku dengan cara yang berganti-ganti terhadap objek dalam suatu situasi.
2.Rencana adalah sesuatu yang berhubungan dengan perintah terhadap dirinya sendiri serta pemikiran tentang akibat yang akan terjadi dari suatu tindakan, dalam tahap ini terkadang terjadi proses menimbang hal-hal yang akan tercapai. Kadang-kadang rencana disusun dan dilaksanakan tanpa disadari.
3.Operasi adalah tindakan yang dilakukan.
Menurut Lippmann, kecenderungan tidak dapat menentukan perilaku yang akan dihasilkannya, hanya sebatas membimbing upaya, perasaan dan harapan. Citra adalah unsur penentu pikiran, perasaan, dan tindakan. Orang memanfaatkan citranya melalui rencana untuk menentukan apa yang harus diperhitungkan dalam situasi tertentu yang relevan dalam membuat pilihan.

Citra personal tentang politik
Pikiran, perasaan dan kesudian subjektif yang menyusun citra orang tentang politik bisa memuaskan dan berfungsi bagi orang tersebut, seperti:
1.Benar atau keliru, lengkap atau tidak lengkap pengetahuan seseorang tentang politik, bias memberikan jalan kepadanya untuk memahami peristiwa politik tertentu.
2.Kesukaan atau ketidaksukaan pada citra seseorang tentang politik secara umum sebagai dasar untuk menilai objek politik
3.Citra diri seseorang memberikan cara menghubungkan dirinya dengan orang lain.



Interpretasi personal tentang politik
Dengan interpretasi seseorang bisa memperhitungkan segala sesuatu yang menonjol, menyusun dan menanggapinya. Berikut adalah beberapa hal yang menyusun opini public :
1.Keadaan internal
2.Karakteristik demografi
3.Karakteristik sosial
4.Pertimbangan resmi/formal
5.Kecenderungan partisan (preference partisipan)
6.Komunikasi
7.Objek politik
8.Setting politik
9.Pilihan


Organisasi Opini Personal
Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tahapan yang disusun melalui interpretasi personal yang diturunkan dan turut membentuk citra. Opini merefleksikan organisasi yang kompleks, terdiri atas:
Kepercayaan
Nilai
Pengharapan



Kepercayaan personal dalam politik
Kepercayaan sangat dekat asosiasinya dengan aspek kognitif, atau pikiran, dari citra dan interpretasi personal. Di dalamnya terdapat kreduliti, yaitu orang yang dapat atau tidak dapat percaya. Intensitas kreduliti bervariasi dari keyakinan yang tak tergoyahkan sampai sama sekali tidak percaya. Kepercayaan berbeda-beda menurut tingkat kepentingannya bagi individu.
Para filosof telah lama berspekulasi tentang sumber kepercayaan dan ketidakpercayaan manusia. Francais Bacon, menyebutkan empat sumber utama sebagai “idola” atau konsepsi palsu.
Idola Kaum
Indera dan persepsi manusia merupakan sumber kepercayaan yang memadai
Idola Gua
Pemuja idola gua menganggap dunia pribadi setiap individu, dan bukannya pertukaran di dalam masyarakat, sebagai sumber utama kepercayaan
Idola Pasar
Orang yang mengira bahwa sumber kepercayaan itu hanya pergaulan sosial
Idola Teater
Orang yang mengambil kepercayaannya dari sistem berpikir yang diturunkan oleh tradisi, filsafat, dan bahkan ilmu.
Pendiri doktrin pragmatik Amerika, Charles S.Pierce, mempunyai daftar sumber kepercayaan yang lebih jelas. Bila menghadapi ketegangan sebagai akibat keraguan, orang bisa kembali kepada:
Keyakinan yang tak diragukan yang telah dipelajari seumur hidup (metode keteguhan)
Menerima kata orang lain, kelompok, atau lembaga tentang apa yang harus dipercaya (metode autoritas)
Melakukan suatu bentuk penyelidikan untuk menguji kepercayaan terhadap pengalaman dan akal (metode ilmiah)
Dalam menelaah, sumber kepercayaan yang relevan dengan politik, Daryl Bem, membedakan apa yang disebutnya kepercayaan primitive dengan kepercayaan tingkat tinggi. Kepercayaan primitive yaitu segala sesuatu yang kita terima sebagaimana adanya, kita hampir tak menyadari bahwa kita memilikinya. Kepercayaan primitive utama yang kedua adalah kecenderungan untuk menerima tanpa ragu kredibiltas autoritas eksternal yang menetapkan pandangan kita, gabungan idola pasar dan teater. Pokok kepercayaan primitive ialah bahwa kepercayaan itu tak diragukan.


Nilai personal dalam Politik
Nilai tidak lain adalah preferensi yang dimiliki orang terhadap tujuan tertentu atau cara tertentu dalam melakukan sesuatu. Preferensi berkaitan dengan perasaan, citra personal yang membantu orang dalam menilai diri sendiri dan lingkungannya.
Lasswell dan Kaplan melukiskan dua kategori nilai dari kebutuhan akan kepuasan dan keamanan :
1.Nilai kesejahteraan, termasuk upaya untuk mencapai kesehatan, kekayaan, keterampilan, dan pencerahan
2.Nilai kehormatan, seperti kebutuhan akan penghormatan, reputasi karena integritas moral, afeksi dan popularitas, dan kekuasaan

Pengharapan personal terhadap politik

Fungsi utama pers dalam proses opini ialah menaikkan atau menurunkan pengharapan melalui laporan mereka tentang peristiwa. Misalnya pada kampanye pemilihan pendahuluan di New Hampshire tahun 1972 untuk nominasi kepresidenan bagi Partai Demokrat. Awal kampanye, pers menunjuk Senator Edmund Muskie sebagai “memimpin”. Untuk mempertahankannya, Muskie harus berbuat sebaik-baiknya. David Broder Washington Post menetapkan nada penaksiran jurnalistik dengan dengan menulis “diakui sebagai pemimpin” perlu memenangkan “sekurang-kurangnya setengah” dari suara pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk bisa mengklaim sebagai tanda memperoleh kemenangan, setengah dalam gelanggang yang terdiri atas lebih setengah lusin kandidat. Muskie dapat mengklaim sebagai pemenang jika memperoleh mayoritas. Poll pada awal Januari menaksir 65 persen memberi dukungan dan memberi pengharapan “pemimpin” untuk memperoleh mayoritas. Namun seorang penantang Muskie ( McGovern) memperlihatkan “kekuatan yang mengejutkan” dan mencegah sang pemimpin memperoleh mayoritas. Hasil pemilihan terakhir, Muskie 46 persen. Muskie memenangkan banyak suara daripada saingan terdekatnya, namun Muskie tidak berhasil memenuhi harapan pers. Peraih suara utama itu menderita “kekalahan yang merusak” dan kandidat yang hanya menerima sedikit diatas sepertiga dari suara pemilihan pendahuluan, McGovern mengklaim “kemenangan moral”.


Opini Personal: Sistem refleksi kepercayaan,nilai,dan pengharapan

Orang yang berbicara tentang system kepercayaan, nilai, dan pengharapan tidak berarti bahwa ia menyiratkan konsistensi yang logis dengan pandangannya. Sebaliknya, terdapat persepsi, preferensi, dan rencana yang saling terjalin dalam cara merefleksikan logika maupun psikologi.
Sistem kepercayaan bisa terbuka maupun tertutup. Kita katakan system terbuka bila seseorang mampu menilai kredualitas dan dapat diterimanya gagasan yang diusulkan tanpa terpengaruh oleh sumber yang mengusulkannnya. Orang yang berfikiran terbuka, misalnya dapat menilai usul anggaran dari Presiden berdasarkan segi baik dan segi buruknya. Sistem kepercayaan yang tertutup adalah karakteristik orang yang tidak dapat membedakan segi baik atau buruk suatu gagasan dari sumber yang mendukungnya, seperti seorang Demokrat yang menolak apapun yang dikatakan oleh presiden Republikan.
Satori menyajikan tipologi system nilai kepercayaan berdasarkan apakah system kepercayaan itu terbuka atau tertutup dan apakah system itu dianut dengan kukuh maupun tidak:
1.Sistem kepercayaan tertutup yang dipadukan dengan nilai yang dianut dengan kuat adalah adaman (tidak mau berubah).
2.Perpaduan yang reselien (teguh) adalah perpaduan kepercayaan tertutup tetapi dengan nilai yang dianut lemah.
3.Sistem kepercayaan terbuka yang disatukan dengan nilai yang dianut kuat membentuk susunan yang kuat.
4.System kepercayaan terbuka dengan system kepercayaan yang dianut lemah adalah fleksibel.


PENYUSUNAN OPINI PUBLIK

Opini publik adalah gejala bersegi banyak yang disusun melalui pengaruh diantara proses personal, proses sosial, dan proses politik, dan diwujudkan dalam bentuk kegiatan massa, kelompok, dan rakyat.
Ada beberapa implikasi sosial dalam pandangan opini publik. Satu diantaranya menunjuk pada peran yang dimainkan oleh media massa dalam proses opini. Salah satu artinya, ialah bahwa media membantu menciptakan opini publik yang tidak semata-mata dengan mengatakan kepada rakuyat apa yang harus dipikirkan. Akan tetapi, media juga mengatakan apa yang harus dipikirkan. Sepanjang gambaran media itu mengemukakan pandangan orang yang jumlahnya relatif kecil dan itu merupakan pandangan yang dipercaya dan dinilai oleh mayoritas, orang ragu-ragu mengeluarkan suara apa yang media lukiskan sebagai opini minoritas.

Implikasi sosial yang dikemukakan oleh Noelle Neumann:
1.Mayoritas sekarang yang dipersepsi sebagai minoritas akan berkurang di masa depan, sedangkan minoritas sekarang yang dipersepsi sebagai mayoritas bertambah.
2.Mayoritas sekarang yang terbagi pengaharapannya tentang apa yangterkandung di masa depan lebih cenderung berkurang dibandingkan dengan mayoritas yang pengharapannya dipersatukan sehingga mereka akan tetap menajdi mayoritas di masa depan.
3.Jika timbul ketidak pastian tentang kekuatan di masa depan dari opini yang umum sekarang, ini mengisyarakatkan perubahan, pada pandangan yang umum.
4.Suatu kelompok yang lebih bersedia mempublikasikan pandangannya dan mampu memberikan kesan sebagai mayoritas lebih besar kemungkinan dapat menguasai masa depan.


Proses opini itu berupa lingkaran, bukan berupa garis lurus.

Komunikator Politik

Pembuatan Kebijakan Konflik/Perselisihan


Opini Personal

Para pejabat pemerintah dan politikus memainkan peran sebagai komunikator politik yang mengemukakan masalah dan perselisihan, komunikator politik tersebut membuat perselisihan itu menjadi perhatian kahalayak luas yang anggotanya merumuskan opini personal. Jika dikemukakan di muka umum, opini ini mencapai pembuat kebijakan melalui perantara komunikator politik yang bertindak sebagi penyampaian opini massa, kelompok, dan rakyat. Aliran melingkar pembuatan keputusan, pembuatan konflik, pembuatan opini, dan penyampaian opini merupakan penyusunan politik yang tak berkahir dari opini publik.
Sifat timbal balik proses opini di atas turut membentuk sifat problematik dari hubungan antara opini publik dan kebijakan publik.
Doris Graber membuat pembeda antara dua fungsi dari opini publik dalam pembuatan kebijakan, yaitu:
1.Fungsi Inisiatif-Nasihat.
Jika “rakyat” memainkan peran inisiatif-nasihat, maka pejabat kebijakan berkonsultasi untuk meminta nasihat mereka. Warga negara bahkan memprakarsai kebijakan, bukan hanya memilih diantara alternatif kebijakan yang dirumuskan secara luas.
2.Fungsi Veto-Dukungan.
Fungsi ini lebih khas, karena di sini peran opini publik ialah menerima kebijakan tanpa membantah. Penolakan yang disuarakan secara meluas, terutama dari kepentingan khusus yang berpengaruh, penggembar-gemboranpenarikan dukungan, merupakan veto publik terhadap kebijakan itu.

Opini publik adalah indikator utama bagi tatanan sosial, opini publik berada dalam masing-masing beberapa tempat tertentu, pada waktu tertentu, dan dalam hubungannya dengan berbagai objek dan setting membantu kita menelaah sifat tatanan sosial. Tiga toeri cara orang mencapai tatanan sosial yaitu melalui kontrol sosial, selksi diri yang konvergen, dan negosiasi.
Opini publik muncul dari ketiga alat dalam mencapai tatanan sosial untuk menyusun masyarakat. Melalui alat kontrol sosial, termasuk memanipulasi lambang yang menarik, propaganda, hubungan masyarakat, dan pengelolaan berita, kelompok di dalam di luar pemerintahan mencoba mempengaruhi sentimen perseorangan dan organisasi pemerintahannya. Dengan menggunakan komunikasi, media, dan periklanan massa, elite politik tidak hanya merefleksikan, tetapi juga membantu menciptakan pengaharapan massa. Orang mengikuti proses interpretasi yang dipikirkan dapat menggabungkan citra dan opini mereka. Mereka melakukan transaksi dengan sesama, baik dengan mereka yang dihadirkan melalui media komunikasi. Dari transaksi tersebut mereka menegosiasikan realitas yang bermakna, yang berisi kepercayaan, nilai, dan pengaharpan mereka untuk menyusun opini publik.


OPINI RAKYAT MENGENAI ISU PENTING


Opini Personal: Sistem refleksi kepercayaan,nilai,dan pengharapan
Fungsi utama pers dalam proses opini ialah menaikkan atau menurunkan pengharapan melalui laporan mereka tentang peristiwa. Misalnya pada kampanye pemilihan pendahuluan di New Hampshire tahun 1972 untuk nominasi kepresidenan bagi Partai Demokrat. Awal kampanye, pers menunjuk Senator Edmund Muskie sebagai “memimpin”. Untuk mempertahankannya, Muskie harus berbuat sebaik-baiknya.
David Broder Washington Post menetapkan nada penaksiran jurnalistik dengan dengan menulis “diakui sebagai pemimpin” perlu memenangkan “sekurang-kurangnya setengah” dari suara pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk bisa mengklaim sebagai tanda memperoleh kemenangan, setengah dalam gelanggang yang terdiri atas lebih setengah lusin kandidat. Muskie dapat mengklaim sebagai pemenang jika memperoleh mayoritas. Poll pada awal Januari menaksir 65 persen memberi dukungan dan memberi pengharapan “pemimpin” untuk memperoleh mayoritas. Namun seorang penantang Muskie ( McGovern) memperlihatkan “kekuatan yang mengejutkan” dan mencegah sang pemimpin memperoleh mayoritas. Hasil pemilihan terakhir, Muskie 46 persen.
Muskie memenangkan banyak suara daripada saingan terdekatnya, namun Muskie tidak berhasil memenuhi harapan pers. Peraih suara utama itu menderita “kekalahan yang merusak” dan kandidat yang hanya menerima sedikit diatas sepertiga dari suara pemilihan pendahuluan, McGovern mengklaim “kemenangan moral”.


Isu Ekonomi di Indonesia

Di tengah dinamika ekonomi global yang terus-menerus berubah dengan akselerasi yang semakin tinggi sebagaimana digambarkan di atas, Indonesia mengalami terpaan badai krisis yang intensitasnya telah sampai pada keadaan yang nyaris menuju kebangkrutan ekonomi. Krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter beberapa waktu yang lalu, paling tidak telah memberikan indikasi yang kuat terhadap tiga hal.
Pertama, kredibilitas pemerintah telah sampai pada titik nadir. Penyebab utamanya adalah karena langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dalam merenspons krisis selama ini lebih bersifat "tambal-sulam", dan cenderung menempuh jalan yang berputar-putar. Selain itu, seluruh sumber daya yang dimiliki negeri ini dicurahkan sepenuhnya untuk menyelamatkan sector modern dari titik kehancuran. Sementara itu, sektor tradisional, sektor informal, dan ekonomi rakyat, yang juga memiliki eksistensi di negeri ini seakan-akan dilupakan dari wacana penyelamatan perekonomian yang tengah menggema.
Kedua, rezim Orde Baru yang selalu mengedepankan pertumbuhan
(growth) ekonomi telah menghasilkan crony capitalism yang telah membuat struktur perekonomian menjadi sangat rapuh terhadap gejolak-gejolak eksternal. Industri manufaktur yang sempat dibanggakan itu ternyata sangat bergantung pada bahan baku impor dan tak memiliki daya tahan. Sementara itu, akibat "dianak-tirikan", sektor pertanian pun juga tak kunjung mature sebagai penopang
laju industrialisasi. Yang saat itu terjadi adalah derap industrialisasi melalui serangkaian kebijakan yang cenderung merugikan sektor pertanian. Akibatnya, sektor pertanian tak mampu berkembang secara sehat dalam merespons perubahan pola konsumsi masyarakat dan memperkuat competitive advantage produkproduk ekspor Indonesia. Salah satu faktor terpenting yang bisa menjelaskan kecenderungan di atas adalah karena proses penyesuaian ekonomi dan politik (economic and political adjustment) tidak berlangsung secara mulus dan alamiah. Soeharto-style state-assisted capitalism nyata-nyata telah merusak dan merapuhkan tatanan perekonomian. Memang di satu sisi pertumbuhan ekonomi yang telah dihasilkan cukup tinggi, namun mengakibatkan ekses yang ujungujungnya justrucounter productive bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Ketiga, rezim yang sangat korup telah membuat sendi-sendi perekonomian mengalami kerapuhan. Secara umum, segala bentuk korupsi akan mengakibatkan arah alokasi sumber daya perekonomian menjurus pada kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan tidak memberikan hasil optimum. Dalam kondisi seperti ini pertumbuhan ekonomi memang sangat mungkin terus berlangsung, bahkan pada intensitas yang relatif tinggi. Namun demikian, sampai pada batas tertentu pasti akan mengakibatkan melemahnya basis pertumbuhan. Selanjutnya, praktik-praktik korupsi secara perlahan C tapi pasti C telah merusak tatanan ekonomi dan pembusukan politik yang disebabkan oleh perilaku penguasa, elit politik, dan jajaran birokrasi. Keadaan semakin parah ketika jajaran angkatan bersenjata dan aparat penegak hukum pun ternyata juga turut terseret ke dalam jaringan praktik-praktik korupsi itu. Hancurnya kredibilitas pemerintah yang dibarengi dengan tingginya ketidakpastian itu telah menyebabkan terkikisnya kepercayaan (trust). Yang terjadi dewasa ini tidak hanya sekadar pudarnya trust masyarakat terhadap pemerintah dan sebaliknya, melainkan juga antara pihak luar negeri dengan pemerintah, serta di antara sesama kelompok masyarakat. Yang terakhir disebutkan itu tercermin dengan sangat jelas dari keberingasan massa terhadap simbol-simbol kekuasaan serta kemewahan dan terhadap kelompok etnis Cina, seperti yang dikenal dengan peristiwa Mei 1998.
Sementara itu, krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat dilihat dari respons masyarakat yang kerap kali berlawanan dengan tujuan kebijakan yang ditempuh pemerintah. Misalnya, kebijakan pemerintah yang seharusnya berupaya menggiring ekspektasi masyarakat ke arah kanan, justru telah menimbulkan respons masyarakat menuju ke arah kiri, dan sebaliknya Faktor lainnya adalah semakin timpangnya distribusi pendapatan dan kekayaan,sehingga mengakibatkan lunturnya solidaritas sosial.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Review Opini Publik"

Posting Komentar